Symplexcamp's Corporation

Persembahan Hati Dari Jiwa Seorang Petualang

Mendaki gunung?? Candu yang tak akan hilang!!!

IMG_0351

Saat bicara mendaki gunung pasti yang terkesan di benak kita “capek” dan segala tetek bengek yang selalu aja para orang lontarkan saat mereka tidak sepaham ato sekedar dukung hobi yang kita jalani. Itulah resiko yang harus kita hadapi, segala cemoohan orang2 yang kurang sepaham dengan kita. Sering sekali aku mendengar orang bertanya kepadaku “Apa sih yang didapat saat kita naik gunung?” kadang aku bingung harus jawab apa. Saat aku memberontak selalu saja ada aja pertanyaan lain “Ngapain berat2 bawa tas yang besar, buang waktu digunung bahkan cuma capek yang didapat.”

Ya seperti itulah yang sering aku dapatkan, mungkin selalu aja kita dipandang sebelah mata hobi yang istilah populernya “kurang kerjaan, menantang maut”.  Tapi semakin mereka melarang bukannya itu menjadi suatu kemunduran, justru itu buatku menjadi tantangan besar. Aku tidak berharap dapat “wangsit” ato ketiban emas istilahnya, bukan pula suatu unjuk kekuatan. Aku sadar kok aku bukan orang yang kuat, sangat hebat seperti para pendaki pada umumnya yang bisa jalan 1-2 jam tanpa lelah, aku hanya manusia dengan keterbatasan nafas maupun kekuatan lha aku jalan 15 menit aja sudah mengalir tuh “seliter keringat”. Kalopun aku berhasil mendaki itu bukan suatu kebetulan, itu suatu perjuangan buatku saat aku ngerasa antara hidup dan mati mengambil nafas, membangun kekuatan untuk berdiri menyeimbangkan tubuhku menahan berat karier yang bisa 20kg setiap perjalanan. Setiap langkah nya aku menikmati desahan angin, hijaunya hutan bahkan birunya langit. Tak satupun itu bakalan terlintas anugrah ini akan kita dapatkan saat kita ada dikota. Sama halnya kenapa kok banyak orang berlibur ke tempat yang “njengglik” atau lebih populernya tempat yang ndeso hanya buat menikmati indahnya air terjun, hijaunya sawah dll.

Mungkin beban dari aku sendiri gak terasa saat aku berhasil menggapai titik tertinggi diujung langit. Aku bukan orang kaya yang bisa seenaknya naik pesawat, menikmati indahnya langit dari balik “burung besi” itu, bahkan menatap hijaunya pohon yang tumbuh di tanah.  Aku hanya orang biasa yang bermodal nekat tapi sama halnya bisa menikmati indahnya dunia dibawah kita melihat apa yang orang lain gak liat, ternyata keindahan yang ada di gunung itulah yang jadi “CANDU” buatku. Apa yang kita lihat di kota dengan mewahnya rumah2 yang berdiri kokoh, jalan yang lebar, bahkan tatapan mata kita mungkin hanya dapat melihat langit yang luas, mata kita pun tidak bisa melihat tanah yang kita pijak itu sepanjang mata memandang, mungkin hanya 1 km lah sesuai kemampuan mata kita. Saat di kota kita hanya melihat semua yang kita lihat begitu mulus dan lurus ternyata saat kita lihat di gunung semuanya gak selurus apa yang dibayangkan. Disaat kita dikota bisa mengeluh dan meminta tolong ke orang lain yang mungkin jaman sekarang sudah sangat jarang sekali orang membantu kita tapi ternyata saat kita menjadi team pendaki dan melakukan perjalanan semua yang ada didepan kita sahabat, entah itu orang yang tidak kita kenal, baru kenal bahkan benda mati yang berupa air,udara ternyata juga sahabat kita. Tanpa mereka kita gak bisa berdiri, saat dikota kita hanya mengeluh panas, asap kendaraan,debu, pohon yang  jarang tetapi di perjalanan gunung pohon,angin yang sejuk adalah sahabat yang kita harapkan walau kadang mereka juga merupakan musuh kita.

Saat di rumah kita sering mengeluh “Ma mama makanannya apa ma? kalo gak enak gak mau makan ma!!” di gunung kita lah yang  bakalan merasakan betapa nikmatnya secangkir susu, bahkan mie pun terasa nikmat. Saat dirumah disajikan secangkir teh pastilah kita minta sirup dan seterusnya tetapi di gununglah hanya dengan secangkir teh hangat terasa nikmat. Entah berapa kali kita memuji Sang pencipta saat kita disuguhi keindahan alam, kalopun kita dikota pernahkah kita berpikir seperti itu? Saat kita melihat suatu hal yang buat kita takjub di kota misalnya “sebuah rumah” pastilah yang terpikir “wow rumahnya bagus pasti yang punya kaya” kita gak pernah bisa menikmati apa yang sebenarnya itu hanya karena kuasa yang diatas. Semua yang aku nikmati saat mendaki gunung ternyata yang terucap hanya tentang kekuasaan-Nya bukan kekuasaan orang2 yang ada disekitar kita. Jadi kenapa kok kita hanya dipandang sebelah mata? Selalu saja para hobi ini dikait2kan dengan “mendem/miras”, padahal menurutku semua dibalik itu adalah syukur nikmat yang tercurah dihatiku bukan suatu pandangan negatif.

Menurutku pendaki selalu berkaitan dengan gunung, dan gununglah segala2nya, gunung sumber bencana tetapi menyimpan beribu keajaiban abu yang sangat subur, hutan yang lebat sebagai paru2 bumi, sumber air dan semua itu menyokong kehidupan manusia. Tidak ada yang diciptakan yang diatas tanpa ada manfaat, begitu pula aku harus bisa menikmati apa yang bisa membuatku tenang, nyaman dan selalu mendekatkan pada yang diatas. Ternyata juga hal yang selalu dikaitkan dengan pendaki gunung yang suka buang sampah, mengotori gunung, membakar hutan karena puntung rokok dll itulah resiko yang selalu dikaitkan dengan aktifitas hobi yang kurang gawean seperti ini, padahal disisi lain ternyata hobi semisal hobi motor apakah itu bukan suatu perusakan saat mereka mengira hobi mereka positif saat mereka buang2 bensin buat touring hanya buat mencemarkan udara kita, para biker berbondong2 bilang ada kegiatan sosial nanam pohon apakah itu sebanding dengan asap yang meraka keluarkan. Begitu jg hobi2 lain juga gak kalah dengan perusakan lingkungan, padahal justru hobi2 yang bergerak dibidang semacam ini (tentang alam) tidak banyak merusak alam misalkan hobi paraseling, panjat tebing, naik gunung mereka menggunakan kemampuan manusia yang polusinya gak sebanyak hobi2 yang lain. Jadi bagi pendaki juga jangan merusak alam ya, begitu pulayang lain jangan memandang hobi ini sia2. Asalkan hobi mendaki gunung masih mengikuti aturan menghargai alam maka alam akan menjaga kita, begitu juga kita harus menjaga alam kita. Jd buat yang biker2 atau hobi2 yang berhubungan dengan mesin yang mengeluarkan CO timbal dll sadari lingkungan dan jaga dan lestarikan misalnya jangan hanya hobi ngeluarin polusi tapi juga jaga dengan hobi berkebun ato jalan2 , bersepeda saja kan bisa jaga lingkungan.he2x (makin ngawur nih tulisannya) ^_^

Ini tulisan hanya sebuah curahan yang sering aku alami sendiri, tentang pandangan lain seorang pendaki gunung. Tapi aku tetaplah seorang pendaki yang selalu menikmati keindahan yang telah diciptakan yang diatas dan aku harus menjaga dan menikmati secara bijaksana. (Ini kok malih menyimpang dari bahasan alias ceramah gini) hahahah

6 Juli 2009 - Posted by | Curahan Hati, pecinta alam

3 Komentar »

  1. Aku udah lamaan nih gak muncak. Rasanya kaki jadi pegel-pegel. Padahal kalo muncak juga tambah pegel
    he..he..

    Komentar oleh alamendah | 15 Juli 2009 | Balas

    • aku juga dah 5 bulan libur total mas fokus ke kuliah dulu nih..

      Komentar oleh Ferry Ogi Setiawan | 15 Juli 2009 | Balas

  2. met knal…pendakiannya ckup sukses….aq dah lama gak naik gunung…pengen banget tp krn kegiatan kerja jd sangat terikat dgn taggung jawab,,,,kpn2 aq cuti aq akan berangkat.insya Allah…..

    Komentar oleh FITRI | 4 Desember 2009 | Balas


Tinggalkan Balasan ke alamendah Batalkan balasan